Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan, mengingatkan agar kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, tidak berlebihan mengeksploitasi joget gemoy. Menurutnya, pasangan Prabowo-Gibran tidak boleh terus-menerus membius pemilih muda dengan gimik politik semacam itu.
“Style komunikasi publik yang sudah kreatif harus diimbangi dengan (kemampuan adu gagasan) di forum-forum resmi. Forum resmi debat kan digelar bukan hanya oleh KPU, tapi banyak. Saya kira Prabowo-Gibran juga juga jangan banyak absen,” kata Yusak.
Menurut Yusak, gimik politik gemoy terbilang strategi pemasaran politik yang cukup berhasil bagi Prabowo-Gibran. Di beragam platform media sosial, tagar gemoy rutin dimainkan oleh warganet, baik itu oleh para pendengung atau oleh individu organik. Sayangnya, gimik ikonik itu minim substansi edukatif. Apalagi, pasangan itu sering absen di debat-debat publik yang diselenggarakan institusi pendidikan dan lembaga pemikir.
Secara khusus, Yusak mengkritik langkanya kehadiran Gibran di forum-forum debat. Sebagai cawapres, Gibran seharusnya berani beradu gagasan dengan kandidat-kandidat lainnya di forum publik. Dengan begitu, Gibran tak selalu dipersepsikan mendapat tiket cawapres lantaran statusnya sebagai putra Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Supaya persepsi publik ini tidak menganggap bahwa Gibran datang hanya dengan pepesan kosong. Hanya menghadirkan joget-joget ikon gemoy dan sebagainya. Kalau Prabowo, beda. Dia sudah dua kali ikut pilpres dan lebih siap. Kalau bicara visi-misi, Prabowo sudah teruji di panggung-panggung. Gibran yang perlu lebih membuktikan diri,” jelas Yusak.