29 C
Jakarta
Monday, April 28, 2025

Migrasi Konsumen: Dari Mesin Pencari ke Media Sosial

Jangan Lewatkan

Perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai stimulus yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, hingga perabaan. Setiap stimulus ini membentuk pola perilaku yang kemudian dianalisis oleh pasar untuk memahami bagaimana manusia memproses informasi, mulai dari penyimpanan di otak hingga tahap pengambilan keputusan. Seiring perkembangan zaman, perilaku konsumen pun turut berubah, terutama didorong oleh kemajuan teknologi dan peristiwa besar seperti pandemi.

Di zaman serba cepat kepraktisan menjadi sebuah senjata. Mulai dari kuliner, fashion, transportasi, teknologi berlomba menawarkan kemudahan untuk menunjang kehidupan manusia yang semakin dinamis dan berpacu dengan waktu. Salah satu fenomena menarik adalah bergesernya pola pencarian informasi dari mesin pencari ke platform video pendek seperti TikTok. Dahulu, konsumen terbiasa mengetik kata kunci dan menelusuri berbagai laman hasil pencarian. Kini, mereka cenderung mencari informasi melalui video pendek yang telah dikemas secara visual menarik dan langsung pada intinya. Fenomena ini paling menonjol di kalangan Generasi Z, kelompok yang dikenal cepat beradaptasi dengan teknologi dan menjadi target utama pasar digital saat ini.

Alih-alih mengetik kata kunci di mesin pencari, mereka lebih memilih mencari referensi melalui video pendek yang menyajikan visual dinamis dan audio yang catchy. Tren ini diperkuat oleh survei dari Adobe yang mengungkapkan bahwa 41% responden kini menggunakan TikTok sebagai mesin pencari, dengan 64% di antaranya berasal dari Gen Z. Mereka lebih cenderung mencari informasi sehari-hari seperti resep masakan, tips DIY, destinasi wisata, hingga ulasan produk melalui TikTok karena format kontennya yang singkat dan visual. Konten video pendek, meme, dan cerita singkat menjadi favorit karena sesuai dengan gaya hidup mereka yang serba cepat dan dekat dengan internet. Meskipun pergeseran ini paling dominan di kalangan Gen Z, generasi milenial juga mulai beradaptasi dengan tren yang sama. Data menunjukkan bahwa 49% generasi milenial kini menggunakan TikTok sebagai sumber informasi.

Survei Adobe terhadap lebih dari 800 konsumen dan 250 pemilik bisnis juga menemukan bahwa 40% konsumen secara keseluruhan telah mengandalkan TikTok untuk mencari berbagai informasi. Temuan ini menunjukkan bahwa preferensi pencarian berbasis video pendek tidak lagi eksklusif bagi Gen Z, melainkan telah meluas ke generasi lainnya. Pergeseran pola konsumsi informasi ini menjadi sinyal bagi brand dan pemasar untuk menyesuaikan strategi konten mereka agar tetap relevan serta mampu menjangkau audiens dari berbagai kelompok usia. Konten video pendek kini telah menjadi primadona dalam strategi pemasaran digital.

Perubahan kebiasaan individu dalam mengonsumsi informasi dan berinteraksi dengan brand bukan hanya mencerminkan pola perilaku, tetapi juga menyajikan data berharga bagi perusahaan. Video berdurasi di bawah 90 detik, seperti yang populer di TikTok terbukti efektif dalam menarik perhatian audiens yang memiliki rentang perhatian semakin pendek. Konten jenis ini menghasilkan tingkat keterlibatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan video berdurasi panjang, dan memainkan peran signifikan dalam memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Tren seperti personalisasi konten, pemasaran berbasis komunitas, serta User-Generated Content (UGC), kini semakin mendominasi strategi digital marketing.

Konsep perilaku konsumen yang dijelaskan oleh Solomon sebenarnya bukan hal baru. Strategi berbasis memori ini telah lama diterapkan dalam marketing konvensional. Namun, media komunikasi terus berevolusi. Di tengah pergeseran tren digital, pasar harus tetap adaptif dan jeli membaca perubahan. Jika sebelumnya strategi utama digital marketing berfokus pada optimasi mesin pencari (SEO), kini brand mulai mengalihkan perhatian pada algoritma TikTok dan bagaimana konten mereka bisa tampil di halaman For You Page (FYP).

Evolusi ini menjadi penanda bahwa kekuatan video pendek bukan hanya tren sementara, tetapi medium baru dalam membangun relevansi dan koneksi emosional dengan konsumen. TikTok telah menjadi warna baru dalam lanskap bisnis digital. Platform ini membawa perubahan dalam pola perilaku konsumen sekaligus menghadirkan tantangan dan peluang, khususnya bagi bisnis B2C (Business-to-Consumer). Bisnis yang menyasar individu merupakan pasar yang ideal untuk menerapkan strategi ini demi memperluas jangkauan produk mereka.

Namun, bagaimana dengan bisnis B2B (Business-to-Business)? Apakah memanfaatkan TikTok adalah strategi pemasaran yang relevan bagi mereka? Sebagian pihak beranggapan bahwa platform ini tidak sesuai dengan target pasar B2B. Ada pula yang masih skeptis dan memandang TikTok sebatas media hiburan, kurang cocok untuk bisnis yang mengedepankan citra profesional dan pendekatan formal seperti perusahaan B2B atau korporasi. Perubahan lanskap digital tentu menimbulkan pro dan kontra. Apakah setiap brand harus mengikuti tren dan jump on the bandwagon? Jawabannya tidak selalu.

Kebijaksanaan dalam menyusun strategi digital tetap menjadi pagar utama yang perlu dijaga oleh setiap perusahaan. Digitalisasi media sosial dan pergeseran perilaku konsumen bukanlah fenomena yang bisa dihindari, melainkan harus dipahami dan direspons secara adaptif. Di tengah derasnya arus tren, fondasi brand equity yang kuat menjadi jangkar agar brand tidak kehilangan arah. Brand yang memahami nilai inti mereka akan lebih mampu memilih platform dan merancang konten yang selaras dengan identitas serta positioning mereka di mata konsumen.

Dengan pendekatan yang tepat, TikTok dan platform sejenis tidak lagi sekadar ruang hiburan. Mereka dapat menjadi alat komunikasi yang strategis membangun brand presence, memperkuat keterlibatan emosional, dan menciptakan koneksi yang lebih autentik dengan audiens lintas generasi. Karena pada akhirnya, bukan soal mengikuti tren semata, tetapi bagaimana sebuah brand mampu hadir dengan relevan dan bermakna, di tempat di mana audiens mereka berada.

Source link

Semua Berita

Berita Terbaru