Industri pariwisata diakui telah memberikan total nilai devisa nasional sebesar Rp 190 triliun pada tahun sebelumnya. Jumlah ini menempatkan pariwisata sebagai penerima devisa terbesar kedua setelah ekspor kelapa sawit yang mencapai Rp 239 triliun. Meskipun demikian, industri pariwisata masih memiliki potensi untuk terus berkembang seiring dengan keindahan wilayah nusantara yang luar biasa.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, menekankan bahwa pariwisata merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disampaikan Doni pada sebuah diskusi dengan tema ‘Kesiapsiagaan Bencana Sektor Perhotelan untuk Industri Pariwisata yang Berkelanjutan’ di Graha BNPB, Jakarta Timur. Namun, Doni juga mencatat bahwa Indonesia memiliki banyak potensi bahaya alam, seperti gunung api aktif dan siklus gempa yang tidak dapat diprediksi dengan tepat.
Doni menyampaikan bahwa penting bagi dunia pariwisata untuk memahami dan mengantisipasi tren peningkatan bencana alam. BNPB berharap para pelaku industri pariwisata dapat fokus pada upaya pencegahan dan mitigasi bencana. Data BNPB menunjukkan bahwa sebagian besar bencana yang terjadi adalah bencana hidro-meteorologi seperti banjir, longsor, dan angin puting beliung.
Pelaku pariwisata dihimbau untuk memainkan peran penting dalam upaya penanggulangan bencana. Mereka dapat memberikan informasi kepada wisatawan, melatih kesiapsiagaan karyawan, dan melakukan upaya mitigasi seperti penanaman pohon untuk mengurangi dampak tsunami. Diskusi ini diadakan untuk saling bertukar pengalaman, memperkuat kesiapsiagaan, dan membangun pemahaman yang lebih baik di kalangan para pelaku industri pariwisata.
Doni juga menyoroti dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana alam. Sebagai contoh, tsunami di Selat Sunda pada tahun sebelumnya menyebabkan kerugian besar dan pengurangan kunjungan wisatawan hingga 10%. Diskusi ini dihadiri oleh perwakilan dari pelaku usaha perhotelan dan pariwisata dari berbagai wilayah di Indonesia, serta narasumber dari berbagai instansi terkait.