Belakangan ini, banyak orang tua atau wali murid yang mengeluhkan kurikulum Merdeka Belajar, merasa bahwa tuntutan ini membuat mereka terlibat secara aktif dalam pendidikan anak-anak mereka. Kurikulum ini dianggap merepotkan karena mewajibkan orang tua untuk berpartisipasi dalam proses belajar anak, terutama ketika peserta didik memiliki proyek-proyek pembelajaran yang harus diselesaikan di rumah. Sebagian orang tua merasa kesulitan karena kurikulum ini berbeda dan menuntut keterlibatan lebih intens dalam perkembangan anak.
Pendampingan dalam proses belajar juga menjadi tantangan, terutama bagi orang tua yang sibuk bekerja atau tidak memahami apa yang harus dilakukan. Meskipun demikian, ada juga orang tua yang mampu mengaplikasikan proses pendampingan anak. Selain itu, orang tua juga diminta untuk mengembangkan potensi anak melalui profil pelajar Pancasila, namun tidak semua orang tua mudah menerapkan hal ini karena berbagai kesibukan.
Kurikulum Merdeka telah membawa banyak perubahan dalam dunia pendidikan sejak kemunculannya pada awal tahun 2020. Kebijakan ini tidak hanya mengubah sistem evaluasi, tetapi juga menyederhanakan rencana pembelajaran dan menerima siswa baru dengan lebih fleksibel. Ada 26 program Merdeka Belajar yang telah dijalankan, salah satunya adalah Kurikulum Merdeka yang disoroti sebagai kurikulum yang menuntut banyak pihak, termasuk orang tua, untuk terlibat aktif dalam pendidikan anak.
Prinsip Kurikulum Merdeka, yaitu fokus pada materi esensial, penguatan karakter murid, dan fleksibilitas, menekankan pentingnya pengembangan kompetensi dan karakter murid. Penerapan kurikulum ini tidak hanya melibatkan guru dan murid, tetapi juga melibatkan seluruh warga sekolah, pemerintah, dan orang tua. Keterlibatan orang tua dalam Kurikulum Merdeka memang menuntut waktu dan kerja ekstra, namun tujuannya adalah agar orang tua dapat memahami peran mereka dalam pendidikan anak.
Meskipun prosesnya panjang dan menantang, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk membentuk karakter anak secara lebih holistik dan meminimalisir saling menyalahkan antara orang tua dan sekolah. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan tidak hanya mendukung tumbuh kembang anak, tetapi juga menjaga tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak. Dengan adanya Kurikulum Merdeka, banyak orang tua mulai belajar dan beradaptasi, sehingga bergeser ke arah peduli lebih dalam terhadap pendidikan anak.
Maka, perlu dukungan dan kesabaran untuk menjalankan Kurikulum Merdeka dengan baik, sehingga perubahan yang telah dimulai dapat terus berlanjut di masa mendatang. Semua pihak telah mulai berubah demi meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga menghentikan program Merdeka Belajar akan sulit dan memperlambat kemajuan yang telah dicapai. Menyadarkan setiap pihak tentang pentingnya peran dalam pendidikan, termasuk orang tua, adalah langkah awal yang baik untuk memperkuat sistem pendidikan di Indonesia.