Sebuah tragedi tragis melanda keluarga Siti di Kabupaten Serang, dimana mereka menuntut keadilan atas mutilasi sadis yang mereka alami. Keluarga merasa hancur dengan kehilangan Siti Amelia, seorang gadis ceria yang selalu tertutup tentang masalah pribadinya. Siti adalah putri satu-satunya dari tiga bersaudara dan memiliki hubungan asmara dengan Mulyana selama dua tahun sebelum putus. Keluarga, yang hanya mengetahui sedikit tentang kehidupan pribadi Siti, terkejut dengan kejadian ini. Pencarian Siti dimulai sejak kepergiannya pada 13 April 2025, namun tanpa hasil. Keluarga merasa kecewa dengan respons aparat kepolisian di tingkat kecamatan dan merasa harus melakukan pencarian sendiri.
Hingga akhirnya, keluarga menerima informasi tentang penemuan tubuh perempuan tanpa identitas, yang diduga kuat adalah Siti. Polisi kemudian berhasil menangkap pelaku, Mulyana, yang merupakan kekasih Siti. Menurut keterangan polisi, tragedi dimulai ketika Siti meminta Mulyana untuk menikahinya karena sedang hamil, namun desakan itu justru memicu amarah pelaku. Pada akhirnya, Mulyana mengakhiri hidup Siti dengan cara yang keji di kebun karet yang sepi.
Proses penyelidikan oleh polisi membuktikan betapa kejamnya perbuatan Mulyana, dengan tubuh Siti ditemukan dalam keadaan tak utuh. Keluarga Siti menuntut agar kasus ini ditangani seadil-adilnya dan berharap agar pelaku mendapat hukuman setimpal. Tragedi ini bukan hanya tentang kasus pembunuhan, namun juga tentang cinta yang salah arah dan kegagalan seseorang untuk menerima orang lain. Nama Siti Amelia akan abadi dalam ingatan keluarga dan menjadi cermin bahwa kesedihan seringkali tersembunyi di balik senyuman seseorang. Duka masih menggantung di udara Padarincang, bersama bau tanah dan batang-batang karet yang menyimpan rahasia yang mencekam.
