Dalam era digital yang semakin maju, algoritma kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia. Mulai dari rekomendasi konten di media sosial hingga keputusan bisnis berbasis data, algoritma memainkan peran penting dalam membentuk pemikiran dan tindakan manusia. Namun, ada kekhawatiran terkait ketergantungan yang berlebihan pada teknologi ini dan potensi dampaknya terhadap kemampuan berpikir kritis manusia. Beberapa ahli menganggap bahwa manusia modern semakin mengandalkan algoritma untuk pengambilan keputusan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup profesional. Hal ini menciptakan situasi di mana individu lebih cenderung mengikuti saran mesin ketimbang melakukan analisis mandiri.
Sebuah artikel di Kompasiana menyoroti bagaimana AI dapat mengubah cara manusia berinteraksi dengan informasi dan memengaruhi pola pikir mereka. Ada juga penelitian yang mengungkapkan bahwa bergantung pada teknologi dapat mengurangi kreativitas dan kemampuan berpikir mandiri. Dampak ketergantungan pada algoritma juga terlihat dalam skala sosial dan ekonomi. Beberapa dampaknya meliputi penurunan kemampuan analisis individu, penyebaran informasi bias melalui algoritma yang mempengaruhi opini publik, dan ketimpangan ekonomi antara perusahaan yang menguasai teknologi AI dan bisnis tradisional.
Meskipun algoritma memiliki manfaat yang signifikan, penting bagi manusia untuk tetap menjaga kemampuan berpikir kritis dan tidak sepenuhnya bergantung pada kecerdasan buatan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan termasuk peningkatan literasi digital untuk menghindari manipulasi informasi, pengembangan kemampuan berpikir kritis tanpa bergantung pada teknologi, serta menggunakan AI sebagai alat pendukung keputusan, bukan menggantikan peran otak manusia. Dengan pendekatan yang tepat, manusia dapat memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan kemampuan berpikir mandiri. Hal ini membuka pertanyaan apakah kita akan terjebak oleh algoritma atau malah menggunakan teknologi untuk memperkuat kecerdasan kita.
