Kota Depok, sebuah kota yang berlokasi di bagian selatan Jakarta, memiliki sejarah dan asal usul nama yang menarik. Nama “Depok” bukan sekadar identitas kota ini, namun juga mencerminkan perjalanan panjang yang melibatkan budaya lokal dan pengaruh kolonial. Ada beberapa versi asal usul nama “Depok”, salah satunya berasal dari bahasa Sunda “padepokan” yang artinya pertapaan. Namun, ada juga versi yang menyebutkan bahwa “Depok” merupakan singkatan dari De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen, yang berarti “Organisasi Kristen Protestan Pertama”.
Sejarah perkembangan Kota Depok dimulai dengan Cornelis Chastelein, seorang Belanda yang mendirikan komunitas Kristen di wilayah tersebut. Chastelein lahir di Amsterdam pada 10 Agustus 1657 dan memiliki karier di Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) sejak usia muda. Setelah menjabat dalam berbagai posisi di VOC, Chastelein akhirnya memilih untuk mengundurkan diri pada tahun 1691 karena tidak setuju dengan kebijakan eksploitasi terhadap penduduk pribumi.
Setelah keluar dari VOC, Chastelein fokus pada dunia pertanian dan membeli tanah luas di kawasan Depok. Dia memperlakukan pekerjanya dengan lebih manusiawi dan mewariskan tanahnya secara bersama kepada para pekerja yang setia. Hal ini menciptakan komunitas Kristen di wilayah tersebut yang berkembang menjadi kota modern yang dikenal saat ini.
Kehidupan Chastelein dan jejak sejarahnya merupakan bagian penting dalam sejarah Kota Depok. Sebagai kota yang kini menjadi bagian dari kawasan metropolitan Jabodetabek, Depok tetap mempertahankan budaya dan sejarah uniknya. Dari keputusan Chastelein untuk menciptakan kehidupan yang adil dan manusiawi di Depok, kota ini terus berkembang dan menjadi tempat yang penting dalam sejarah Indonesia.