Industri manufaktur merupakan tulang punggung perekonomian nasional, dengan kontribusi sebesar 18,98 persen pada tahun 2024, sebagaimana rilis Badan Pusat Statistik (BPS). Sektor ini juga menyumbang lebih dari 75 persen ekspor Indonesia hingga Desember 2024. Dalam menghadapi tantangan dan peluang masa depan, generasi muda diharapkan untuk mempersiapkan diri dengan meningkatkan keterampilan non-kognitif seperti kolaborasi, kecerdasan emosional, dan kemampuan pemecahan masalah. Era digital telah mengubah pemandangan industri manufaktur, dengan adanya perubahan cepat dalam kondisi, teknologi, keberlanjutan, dan dinamika sosial yang semakin kompleks. Indonesia, sebagai negara industri baru, telah menunjukkan potensi dalam menyaingi negara-negara maju di Asia. Namun, perlu diperhatikan juga perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Rasio Gini untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, memiliki peran vital dalam mengoptimalkan bonus demografi Indonesia, mengembangkan industri, dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 melalui pendidikan dan pelatihan berkualitas. Dengan populasi usia muda yang sebesar 67,5%, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global dengan memaksimalkan bonus demografi. Melalui pendekatan strategis seperti pengembangan pendidikan vokasi, pendirian inkubator bisnis, dan pembangunan Pusat Industri Digital 4.0, pemerintah berusaha meningkatkan kualitas SDM agar siap bersaing dalam era digital. Generasi emas perlu menguasai keterampilan literasi digital, kecerdasan buatan, analisis data, dan pemecahan masalah kreatif untuk bertahan dan berkembang di masa depan. Dengan demikian, generasi muda Indonesia diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara maju.