Israel melakukan serangan udara dan tank di Jalur Gaza sepanjang malam dan pertempuran berlanjut hingga Minggu, merusak banyak bangunan tempat tinggal warga Palestina. Dalam suasana yang mencekam ini, harapan warga Palestina tertuju pada rencana Amerika Serikat untuk mengakhiri konflik dan mengurangi penderitaan mereka. Presiden AS, Donald Trump, mengatakan bahwa Israel telah menyetujui “garis penarikan awal” di Gaza dan jika Hamas mengonfirmasi hal tersebut, gencatan senjata akan segera diberlakukan.
Sementara itu, Mesir bersiap menjadi tuan rumah pembicaraan perdamaian antara delegasi Hamas, Israel, Amerika Serikat, dan Qatar. Pertemuan ini dijadwalkan untuk membahas langkah-langkah konkret yang dapat mengakhiri konflik. Meskipun Hamas menerima beberapa poin penting dari proposal perdamaian, seperti penghentian perang, penarikan pasukan Israel, dan pembebasan sandera, mereka belum memberikan kepastian terkait pelucutan senjata, yang merupakan syarat utama dari pihak Israel untuk mengakhiri perang.
Di sisi lain, tekanan politik di Israel semakin meningkat dengan adanya optimisme terkait rencana perdamaian yang diajukan oleh Trump, terlihat dari penguatan mata uang shekel dan kenaikan dalam bursa saham Tel Aviv. Meskipun demikian, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dihadapkan pada tekanan besar dari keluarga sandera dan publik yang lelah dengan konflik. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich bahkan menyebut penghentian serangan sebagai “kesalahan besar” dan mengancam akan menggulingkan pemerintahan jika perang dihentikan.
Untuk mendukung inisiatif perdamaian, negara Arab dan Muslim seperti Arab Saudi, UEA, Mesir, Qatar, Yordania, Turki, Indonesia, dan Pakistan ikut memberikan dukungan. Dalam pernyataan bersama, mereka menegaskan komitmen untuk mendukung implementasi proposal perdamaian, mendorong penghentian perang, dan mencapai kesepakatan damai yang menyeluruh. Semua pihak berharap situasi yang mencekam ini dapat segera berakhir untuk mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.
