Prabowo Subianto menyatakan penghargaannya terhadap Samora Machel, seorang pemimpin perlawanan gerilya anti-kolonialisme di Afrika yang memiliki kemampuan dan karisma. Machel lahir dari keluarga petani di Mozambik dan mengalami diskriminasi berat dalam sistem kasta. Setelah bergabung dengan kelompok perjuangan anti-kolonial, Machel kemudian bergabung dengan Front Pembebasan Mozambik (Frelimo) di Tanzania.
Machel kemudian menjalani pelatihan paramiliter di Aljazair sebelum kembali ke Mozambik dan menjadi komandan gerilya yang terampil. Dia naik pangkat dan akhirnya menjadi kepala tentara pembebasan pada tahun 1966. Setelah pemimpin Frelimo terbunuh, Machel terpilih sebagai satu-satunya pimpinan / Presiden Frelimo.
Dengan keahliannya dalam taktik gerilya, Machel berhasil mengusir tentara Portugis dari Mozambik setelah Revolusi Anyelir di Portugal. Dia kemudian menyatakan kemerdekaan penuh untuk Republik Rakyat Mozambik pada tahun 1975. Sebagai presiden, Machel menghadapi tantangan ekonomi dan politik yang besar, tetapi juga terus mendukung gerakan pembebasan di Afrika.
Namun, pada bulan Oktober 1986, pesawat yang ditumpangi Machel jatuh saat kembali dari pertemuan pimpinan Afrika di Zambia. Ia meninggal pada usia 53 tahun. Meskipun memiliki perbedaan paham politik dengan Prabowo Subianto, Machel tetap dihormati karena kepemimpinannya dan kemampuannya dalam perang gerilya serta menyediakan pendidikan dasar bagi rakyatnya.