Generasi muda dari Gen Z semakin tertarik untuk menjadi freelancer daripada bekerja secara konvensional di kantor. Fenomena ini terjadi tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara lainnya, sejalan dengan perkembangan pola kerja digital dan teknologi yang memungkinkan mobilitas. Berdasarkan survei global, sekitar 70 persen Gen Z saat ini aktif sebagai freelancer atau berencana untuk melakukannya di masa depan. Alasan di balik tren ini antara lain adalah fleksibilitas dalam mengatur waktu dan lokasi kerja, perhatian terhadap keseimbangan hidup dan kesehatan mental, keinginan akan otonomi dan kebebasan ekspresi, kemahiran dalam penggunaan teknologi, serta minat dalam diversifikasi karier dan sumber pendapatan.
Meskipun banyak manfaat yang diperoleh dari menjadi freelancer, terdapat pula berbagai tantangan yang dihadapi. Beberapa Gen Z mengalami rasa kesepian karena kurangnya interaksi sosial saat bekerja dari rumah, sementara stabilitas penghasilan dan perlindungan seperti jaminan kesehatan masih menjadi perhatian utama. Namun, Gen Z memilih jalur freelancer bukan hanya berdasarkan tren semata, tetapi juga karena mereka menghargai fleksibilitas, kesehatan mental, kebebasan kreatif, kontrol karier, dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi. Meskipun terdapat tantangan seperti isolasi dan ketidakpastian pendapatan, banyak dari mereka melihat bahwa keuntungan dan keseimbangan yang diperoleh dari bekerja secara mandiri jauh lebih menarik daripada struktur kerja konvensional. Gen Z menjadikan model kerja freelance sebagai sarana untuk mengeksplorasi potensi, menghindari rutinitas, dan membentuk kehidupan profesional sesuai dengan nilai-nilai pribadi yang mereka anut.