Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang mencatat 147 kasus suspek campak sejak bulan Januari hingga pekan kedua Agustus 2025. Dari jumlah tersebut, 14 orang telah terkonfirmasi positif terkena campak setelah dilakukan uji laboratorium di Balai Besar Pengendalian Kekarantinaan Kesehatan (BBPKL) Jakarta. Sementara itu, 113 kasus lainnya dinyatakan negatif dan 12 kasus masih menunggu hasil pemeriksaan.
Selain kasus campak, satu warga juga ditemukan positif terkena campak rubella. Sebanyak tujuh pasien saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena telah memenuhi kriteria diagnosa positif. Sebaran kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Kragilan, diikuti oleh Cikande, Pontang, Tanara, Cikeusal, Waringinkurung, Bojonegara, Kramatwatu, dan Binuang.
Dinkes Kabupaten Serang melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Istianah Hariyanti, menekankan bahwa temuan kasus ini berkat kerja keras petugas surveilans yang rutin melakukan penyisiran lapangan. Begitu ada gejala yang mencurigakan, petugas segera mengambil sampel darah pasien untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Menurut Istianah, campak tidak memiliki obat yang dapat mematikan virus, sehingga perawatan yang diberikan bersifat suportif sesuai dengan gejala yang muncul.
Penyakit campak bisa berujung pada komplikasi serius jika tidak ditangani dengan cepat. Untuk itu, Dinkes Kabupaten Serang melakukan langkah-langkah pencegahan dan penyelidikan epidemiologi. Mayoritas pasien positif campak diketahui adalah balita yang belum atau tidak pernah mendapat imunisasi lengkap. Imunisasi merupakan faktor penting dalam menentukan kekebalan tubuh seseorang terhadap penyakit.
Melalui upaya-upaya pencegahan dan deteksi dini, Dinkes Kabupaten Serang berharap dapat mengendalikan penyebaran campak dan menekan angka kasus yang terus meningkat. Ini menjadi peringatan bagi masyarakat pentingnya menjaga imunitas tubuh dan memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal yang ditentukan.