Hasil rekapitulasi KPU mengumumkan bahwa pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka telah memenangkan pilpres 2024 dengan meraih 96.214.691 suara atau sekitar 58,58% dari total suara nasional. Chief Research Officer Political Strategy Group (PSG), Muhammad Ahsan Ridhoi, menyatakan bahwa Pemerintahan Prabowo kemungkinan akan menghadapi tantangan politik yang kompleks yang dapat berdampak pada keberlanjutan Partai Gerindra.
Menurut Ahsan, kemenangan Prabowo tidak bisa dianggap mutlak karena total kursi parpol koalisi pendukungnya merupakan minoritas di parlemen. Dengan total kursi 280, Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat berada di bawah total perolehan gabungan parpol pendukung Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin sebanyak 300 kursi.
Selain itu, posisi Gerindra hanya berada di peringkat ketiga dalam pemilu dan tidak muncul sebagai pemenang. Hal ini membuat posisi Prabowo menjadi kurang strategis dan berpotensi disandera oleh parpol oposisi di parlemen, seperti yang terjadi pada awal masa pemerintahan Jokowi-Kalla.
Ahsan juga menyoroti bahwa Partai Gerindra tidak memiliki daya tarik politik yang besar untuk memengaruhi keputusan di parlemen, terutama dalam hal mengumpulkan dukungan dari parpol oposisi. Meskipun memiliki dukungan dari Golkar, Prabowo masih tidak memiliki dukungan utama dari PDI Perjuangan.
Prabowo biasanya memiliki pengaruh besar dalam suara Gerindra karena menjadi wajah tunggal partai tersebut tanpa ada tokoh alternatif yang sebesar dirinya. Oleh karena itu, citra buruk yang menimpa Prabowo dapat berdampak signifikan pada suara partai tersebut.