Dalam hal ini, ekonom INDEF Andry Satrio Nugroho menyatakan bahwa pendidikan vokasi seperti SMK perlu terhubung dengan sektor industri. Menurutnya, sektor industri perlu didorong untuk bekerja sama dengan sektor pendidikan.
“Kita berharap bahwa apa yang disediakan oleh sektor pendidikan, yaitu tenaga kerja yang siap untuk bekerja, dapat langsung diserap oleh industri. Kita ingin agar sektor industri setidaknya memiliki investasi di sektor pendidikan,” kata Andry.
“Andaikan menurut saya tantangan bagi masing-masing paslon, bagaimana agar sektor industri ini tidak berdiri sendiri, tidak ada kaitan dan kesesuaian dengan sektor pendidikan yang ada,” tambah Andry.
Sementara itu, peran pemerintah, mulai dari pusat hingga daerah, sebagai penengah yang menghubungkan tenaga kerja dengan industri juga perlu didorong.
“Harus ada peran pemerintah, bagaimana pemerintah juga bisa berinvestasi di sektor pendidikan, tetapi pada saat yang sama juga menghubungkan dengan sektor industri yang ada,” ungkap Andry.
“Pertama, memprioritaskan tenaga kerja lokal, di mana tidak hanya diprioritaskan tetapi juga memiliki kualitas terbaik, sehingga industri tidak perlu bingung mencari tenaga kerja dari luar daerah, mereka tinggal mendapatkannya dari daerah setempat,” tambah Andry.
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas, melalui pendidikan, vokasi, dan juga standarisasi keahlian berskala regional.
“Standarisasi keahlian perlu diakui dan dikenal. Sertifikasi itu tidak hanya dikenal secara lokal, tetapi kita ingin standarisasi itu dapat berlaku di ASEAN.”