Calon presiden (capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mengomentari peristiwa lima tahun lalu ketika Mahfud Md dilaporkan menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk Joko Widodo atau Jokowi. Keduanya bertemu dan membahas masalah bangsa.
“Beberapa hari sebelum itu, beliau datang ke rumah saya, di rumah dinas, di Semarang, dan kami berdua makan dan ngobrol di meja makan sana, saya agak jarang mengundang tamu makan di meja makan rumah dinas, sangat agak jarang,” tutur Ganjar di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (4/12/2023).
“Beliau satu-satunya yang saya undang untuk masuk, untuk diskusi, dan beliau sampaikan ‘Mas Ganjar tolong dukung saya, InsyaAllah saya mau jadi cawapres’. Pasti saya dukung. Kemudian kita membuat diskusi-diskusi di UGM, waktu itu hadir beliau, kita diskusi, tapi tidak jadi,” sambungnya.
Ganjar mengaku kenal Mahfud cukup lama. Keduanya berkuliah di Yogyakarta dan mengalami proses panjang, hingga menjahit baju putih untuk mendampingi Jokowi maju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
“Ternyata Allah berkehendak berbeda, baju itu disimpan dan ternyata kira-kira mungkin begini, ‘Prof Mahfud baju kelak nanti akan kamu pakai lima tahun lagi’. Dan itulah proses-proses yang secara spiritual manusia tidak pernah tahu,” jelas dia.
Sebelum resmi menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden, Ganjar mengaku banyak berdiskusi dengan Mahfud. Hasilnya, ada tiga aspek yang permasalahan yang disoroti keduanya.
“Satu, hari ini banyak masyarakat daya belinya turun karena pendapatannya kecil. Yang kedua, masyarakat hari ini lagi bercerita mencari cara kenapa mendapatkan pekerjaan itu sulit. Dan yang ketiga, ini yang sering kami diskusikan adalah bagaimana pemerintah ini melayani dengan baik dan tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme,” kata Ganjar Pranowo menandaskan.