27.1 C
Jakarta
Saturday, October 19, 2024

Meningkatkan Pemanfaatan Energi Terbarukan dan Mewujudkan Perubahan Menuju Energi Berkelanjutan oleh Ganjar-Mahfud

Jangan Lewatkan

Pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) sudah memiliki strategi terperinci untuk menjalankan transisi energi “kotor” menuju energi baru terbarukan (EBT). Jika memenangi Pilpres 2024, Ganjar-Mahfud menargetkan bauran EBT hingga kisaran 25-28% dicapai dalam satu periode kepemimpinan.

“Karena di depan mata kita ini, sudah ada (transisi energi) yang kita laksanakan. Apabila kami laksanakan secara tepat, rasanya target-target itu pasti tercapai,” kata Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Agus Hermanto.

Pada 2022, sumbangsih EBT dalam bauran energi nasional masih sekitar 14%. Padahal, Indonesia memiliki potensi EBT yang berlimpah, yakni mencapai 3.687 GW jika diakumulasikan dalam bentuk energi listrik. Potensi energi surya merupakan yang terbesar, yakni mencapai 3.294 GW.

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Conference of the Parties (COP), dari yang ke-21 hingga COP ke-28, mewajibkan negara-negara di dunia untuk menggenjot transisi energi ke bentuk energi yang ramah lingkungan. Indonesia termasuk salah satu negara yang menyetujui kesepakatan internasional tersebut.

Agus menjelaskan transisi energi ala Ganjar-Mahfud bakal dilakukan secara bertahap. Harapannya, penggunaan batu bara sebagai sumber energi bisa dipangkas dan Indonesia mampu mencapai net zero emission atau emisi nol pada tahun 2060.

Pada tahap pertama, Ganjar-Mahfud akan menggelar dedieselisasi alias konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit listrik berbasis EBT, seperti tenaga surya dan angin.

“Kita tidak lagi merencanakan PLTU yang baru. Jangan lagi membuat PLTU batu bara lagi. Kita mulai yang paling aman dulu. Tentu pertama kali energi surya. Energi surya sudah banyak dibangun, perbanyak,” ucap Agus.

Untuk PLTS, Agus mencontohkan pembangkit yang sudah beroperasi di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Ia meyakini PLTS bisa direplikasi di berbagai daerah yang potensi energi anginnya besar dan stabil.

“Tetapi pembangkit listrik energi angin itu masih menunggu power purchase agreement dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau perjanjian pembelian tenaga listrik yang dilakukan oleh PT. PLN dengan pengembangan listrik swasta,” kata Agus.

Semua Berita

Berita Terbaru